Olahraga sebagai pengobatan penyakit
Penyakit Jantung
Olahraga dapat memperkuat otot dalam tubuh anda yang bekeja paling keras, jantung. Olahraga teratur yang memacu tubuh anda mencapai detak jantung optimal—60 sampai 70 persen dari detak jantung maksimal—dapat membuat jantung anda berdetak secara lebih efisien, memperkuat pembuluh arteri dan melancarkan sirkualsi darah (untuk menghitung target detak jantung anda, kurangi umur anda dari 220, kemudian kalikan dengan 0,7). Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur mampu mengurangi resiko terkena penyakit jantung sebanyak 50 persen, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol total dan meningkatkan kadar HDL, si ‘kolesterol baik’ yang membantu menyingkirkan LDL, si ‘kolesterol jahat’ dari arteri anda.
Sebuah penelitian yang dilakukan tahun 1996 di University of Washington, Seattle, juga menunjukkan bahwa olahraga teratur menyebabkanperubahan kimia pada darah yang dapat membantu melindungi dari serangan jantung. Tapi harus diingat, bila anda telah menderita penyakit jantung, anda harus lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas fisik—jangan melakukan aktivitas yang berat-berat, karena otot jantung anda sudah tak sekuat normal lagi. Oleh karena itu, lebih baik mencegah sebelum terlambat bukan?
Mengendalikan berat badan
Peraturannya sederhana saja: untuk mengurangi berat badan, anda harus membakar lebih banyak kalori daripada yang anda konsumsi. Dan aktivitas apakah yang mampu membakar kalori? Tentunya aktivitas fisik. Selain itu, olahraga teratur juga menurunkan selera makan dan meningkatkan metabolisme, sehingga tubuh anda akan membakar kalori secara lebih efisien. Digabung dengan manfaat lainnya yaitu meningkatkan tonus dan kepadatan otot, olahraga menjadi kunci sukses program penurunan berat badan manapun. Penurunan berat badan memiliki konsekuensi medis yang cukup penting, mengingat kegemukan merupakan faktor resiko bagi sejumlah penyakit seperti penyakit jantung, diabetes dan kanker.
Diabetes mellitus
Olahraga akan menguntungkan penderita diabetes, baik tipe I maupun tipe II. Olahraga membantu menurunkan kadar gula darah dengan memindahkan glukosa dari peredaran darah untuk digunakan sebagai sumber energi selama dan setelah berolah raga. Olah raga juga membantu menunda atau mencegah timbulnya penyakit jantung dan pembuluh darah besar (kardiovaskular), ‘pembunuh’ utama bagi penderita diabetes. Bahkan, olahraga dapat mengurangi kebutuhan akan insulin pada penderita diabetes tipe I (tergantung insulin) dan mengurangi atau menghilangkan sama sekali penggunaan insulin atau obat-obatan lain pada penderita diabetes tipe II (tidak tergantung insulin). Satu hal yang perlu anda perhatikan, pastikan jenis olah raga yang anda pilih beresiko kecil untuk terluka, karena pada penderita diabetes, luka akan lebih sulit disembuhkan dibanding orang normal. Juga pastikan untuk selalu mengenakan alas kaki (sepatu) yang baik saat berolahraga—dilarangkeras berolah raga dengan kaki elanjang, apalagi di permukaan yang tak rata—karena untuk alasan yang kurang lebih sama seperti diatas, penderita diabetes lebih mudah terluka dan terkadang mereka tidak menyadari kulitnya terluka karena sarafnya sudah kebal, sementara bila sudah terluka, penyembuhannya makan waktu lama.
Artritis
Rasa nyeri, peradangan dan kekakuan sendi yang biasa terdapat pada artiritis dapat dikurangi secara signifikan dengan aktivitas fisik, yang meningkatkan suplai darah ke otot, meningkatkan fleksibilitas sendi, dan memacu kekuatan otot, tendon dan ligamen.
Depresi dan gangguan mood
Penelitian menunjukkan bahwa pada kasus-kasus tertentu, aktivitas fisik saja mampu mengurangi gejala klinis depresi dan rasa cemas. Pada sebuah penelitian baru-baru ini dengan subyek 156 pria dan wanita berusia diatas 50 tahun yang secara klinis dinyatakan menderita depresi, yang diterbitkan tanggal 25 Oktober 1999 di Archives of Internal Medicine, ditemukan bahwa olahraga dapat memperbaiki mood setelah 16 minggu bersama dengan pemberian obat antidepresan.
Tentunya masih banyak kondisi atau penyakit lain yang dapat diatasi atau dicegah dengan olahraga sedang secara teratur—yang didefinisikan oleh sang dokter bedah sebagai aktivitas apapun yang mampu membakar 150 kalori sehari, atau 1000 kalori seminggu. Hal ini kira-kira sebesar apa yang dibakar seorang dengan bobot 75 kilogram yang membersihkan rumah atau mencuci mobil selama terus-menerus selama 30-45 menit, 15 menit menggali tanah atau 20 menit berjalan cepat.
Olahraga Jadi Obat Ajaib untuk Pasien Kanker
Jakarta , Meski masih sulit disembuhkan, tapi olahraga bisa menjadi obat ajaib bagi pasien untuk mengalahkan kanker dan bahkan mengurangi risiko penyakit datang kembali.
Penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker dan meminimalkan efek samping dari pengobatan.
Hasil penelitian Macmillan Cancer Support menemukan bahwa pasien kanker payudara yang melakukan latihan 150 menit seminggu memiliki kesempatan 40 persen lebih rendah untuk risiko kematian dan kekambuhan penyakit, dibandingkan pasien kanker yang bergerak kurang dari 1 jam per minggu.
Pasien kanker usus juga dapat mengurangi risiko kambuh 50 persen dengan enam jam aktivitas fisik seminggu, sedangkan pasien kanker prostat memiliki risiko 30 persen lebih rendah kematian akibat penyakit jika melakukan olahraga 3 jam seminggu.
Penelitian yang mendapat dukungan dari Departemen Kesehatan Inggris merekomendasikan bahwa semua pasien yang mendapatkan pengobatan kanker harus diberitahu untuk melakukan setidaknya 2,5 jam (150 menit) latihan fisik setiap minggu.
Tapi yang mengkhawatirkan, hanya sekitar 40 persen dokter dan perawat onkologi yang mengetahui tentang rekomendasi tersebut dan lebih dari separuhnya tidak memberitahu pasien kanker tentang manfaat olahraga bagi penyakitnya.
"Sangat penting bila layanan aktivitas fisik tersedia dan 'resep' untuk semua pasien yang akan terkejut jika mereka tahu berapa banyak manfaat aktivitas fisik terhadap pemulihan dan kesehatan jangka panjang," jelas Ciaran Devane, CEO Macmillan, seperti dilansir Mirror.co.uk, Senin (8/8/2011).
Menurutnya, olahraga bagi pasien kanker tak perlu terlalu berat. Berkebun, jalan-jalan di pagi hari, jalan cepat atau berenang sudah bisa menjadi latihan fisik yang bermanfaat untuk pasien kanker.
Selain mengurangi risiko kekambuhan penyakit dan kematian akibat kanker, melakukan olahraga selama tahap pengobatan juga memiliki efek positif terhadap mood, kecemasan, depresi, kelelahan, gangguan mobilitas dan perubahan berat badan.
Olahraga teratur seperti jalan cepat, berenang, bersepeda dan bermain bulu tangkis bermanfaat untuk kebugaran tubuh. Anda perlu tahu, ada khasiat ajaib dari latihan fisik secara teratur, yakni menyembuhkan kanker.
Sebuah penelitian mengungkap, pasien kanker yang melakukan olahraga secara teratur selama dan setelah menjalani pengobatan memiliki tingkat ketahanan hidup lebih tinggi.
Seruan untuk rajin berolahraga digaungkan oleh Macmillan Cancer Support. Seperti dikutip dari laman Times of
Sebuah tinjauan terhadap lebih dari 60 studi. Rata-rata studi menemukan, bahwa aktif selama pengobatan tidak memperburuk kesehatan pasien kanker, tidak menyebabkan kelelahan, dan bahkan berefek positif pada suasana hati dan kebahagiaan.
Setelah perawatan selesai, olahraga dapat mengurangi dampak dari efek samping, seperti pembengkakan, kecemasan, depresi, kelelahan saat bergerak, gangguan dan perubahan berat badan.
Studi untuk kegiatan amal ini juga menemukan, wanita dengan kanker payudara yang berolahraga selama 150 menit seminggu dengan intensitas sedang, 40 persen mengalami penurunan risiko kematian dan kekambuhan penyakit dibandingkan dengan wanita yang aktif kurang dari satu jam seminggu.
Macmillan Cancer Support pun menemukan, bahwa lebih dari setengah dokter, perawat, dan perawat onkologi kanker tidak pernah menginformasikan tentang manfaat olahraga untuk para pasien kanker.
“Jika latihan fisik adalah obat, akan menjadi tajuk utama,” Kata Jane Maher dari Macmillan Cancer Support.
“Perlu perubahan budaya sehingga profesional di bidang kesehatan melihat aktivitas fisik sebagai bagian integral dari kanker aftercare, bukan hanya pilihan tambahan,” ujarnya.
Olahraga Sebagai Obat Depresi
Olahraga selain memiliki efek menyehatkan tubuh, ternyata juga berfungsi sebagai menyehatkan kesehatan Jiwa.Karena pada hasil penelitian terbaru dikatakan bahwa sesungguhnya obat depresi adalah menyuruh penderitanya untuk rajin olahraga.
Temuan ini merupakan hasil kerjasama dari psikiater
Dimulai pada tahun 2003, penelitian ini merupakan salah satu investigasi terkontrol pertama di Amerika Serikat untuk menunjukkan bahwa melakukan rutinitas olahraga secara teratur dan dikombinasikan dengan obat yang ditargetkan, yang dapat benar-benar meringankan gejala gangguan depresi.
"Banyak orang yang meminum obat antidepresan kemudian merasa lebih baik setelah memulai pengobatan, tetapi mereka tidak merasa benar-benar baik atau sebaik yang mereka rasakan sebelum mengalami depresi," kata Dr Madhukar Trivedi, profesor psikiatri yang memimpin studi tersebut.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa olahraga dapat sama efektifnya dengan menambahkan obat lain. Banyak orang lebih suka menggunakan latihan daripada menggunakan tambahan obat lain, terutama karena latihan memiliki efek positif yang terbukti pada kesehatan dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan," lanjutnya seperti dikutip dari eurekalert.org, Rabu (24/8/2011).
Peserta penelitian berkisar pada usia 18-70 tahun dan didiagnosis depresi namun belum mendapat pengobatan dengan obat antidepresan. Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok diminta melakukan latihan dengan tingkat intensitas yang berbeda selama 12 minggu. Sesi latihan diawasi oleh staf terlatih di Cooper Institute dan ditambah dengan sesi latihan di rumah.
Peserta yang rata-rata telah mengalami depresi selama tujuh tahun ini diminta melakukan latihan treadmill, bersepeda ergometers, atau keduanya. Peserta juga diminta menulis buku harian online tentang frekuensi dan panjang sesi latihan, serta mengenakan pemantau detak jantung selama berolahraga di rumah. Mereka juga menemui seorang psikiater selama penelitian.
Pada akhir penyelidikan, hampir 30 persen pasien dalam kedua kelompok mencapai pemulihan penuh dari depresi mereka, sedangkan 20 persen lainnya menunjukkan peningkatan kondisi mental yang signifikan berdasarkan tes psikologis.
Olahraga ringan lebih efektif bagi wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit mental, sedangkan latihan intens lebih efektif bagi wanita yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit. Untuk pria, latihan yang lebih berat lebih efektif terlepas dari karakteristik lainnya.
a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar